Membuat Teks Biografi

KH. Muhamad Hasan Armin 


Tahun 1880 M merupakan tahun kelahiran Abuya Armin. Beliau memiliki nama lengkap KH. Muhamad Hasan Armin dan lahir Di Desa Kadu Jami, Pandeglang, Banten. Ayahnya yang dikenal dengan sebutan H. Rembang merupakan seorang ulama terkemuka di Lampung. Sedangkan ibunya bernama Hj. Siti Sofiah, berasal dari Ciomas, Serang. Dan menurut keterangannya, beliau masih merupakan keturunan dari Sultan Hasanuddin Banten generasi ke XIV. KH. Muhamad Hasan Armin merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara, kakak pertamanya bernama Adam dan kakak keduanya bernama Ramani. Ketika KH. Muhamad Hasan Armin menginjak usia 5 tahun, sang ibu meninggal dunia.

Sejak kecil, Abuya Armin sudah mengenyam pendidikan di pesantren, dan terus dilanjutkan sampai usianya 40 tahun. Beliau telah memperoleh banhak ilmu dari beberapa pesantren, baik di Nusantara maupun di luar negeri, khususnya di tanah Arab. Sebelum pergi ke Mekkah, KH. Muhamad Hasan Armin menikah dengan wanita bernama Hj. Siti Romlah. Keduanya dikaruniai seorang anak perempuan. Namun, pernikahan ini tidak berlangsung lama karena KH. Muhamad Hasan Armin menceraikan istrinya saat ia akan berangkat untuk bermukmim dan menuntut ilmu di Mekkah. Maka pada tahun 1915, beliau menuntut ilmunya di Mekah atas arahan gurunya agar bisa pengetahuannya dapat berkembang dengan belajar kepada para ulama. Ia menghabiskan 17 tahun hidupnya untuk belajar di tanah Arab. Selama menempuh pendidikan di sana, Abuya Armin dikenal cerdas. Tidak jarang guru-guru dari Abuya Armin menghampirinya untuk menunjuknya menjadi asisten.

Setelah dirasa sudah siap dan mentalnya sudah lebih matang, Abuya Armin pun kembali ke tanah air pada tahun 1932. Di tahun yang sama sebelum beliau memutuskan untuk kembali ke Nusantara, Abuya Armin menikah untuk kedua kalinya. Beliau menikah dengan wanita bernama Hj. Siti Aisyah. Lalu sesampainya di tanah Nusantara, beliau mulai berkiprah mengabdikan ilmu kepada masyarakat luas, hal ini dapat dilihat ketika Abuya Armin langsung mendirikan pesantren Cibuntu di daerah Cimanuk sesaat setelah beliau kembali ke tempat asalnya, yaitu Pandeglang.

Dari pernikahaanya dengan Siti Aisyah, Abuya Armin dikaruniai 6 orang anak, 4 anak perempuan, dan 2 anak laki-laki. Nahas, salah satu putrinya meninggal dunia pada tahun 1949, yaitu tiga tahun setelah istrinya melahirkan putra bungsunya. Setelah itu, tidak diketahui pada tahun berapa, KH. Muhamad Hasan Armin menikah untuk ketiga kalinya, dengan Hj. Siti Hamidah. Dan dari pernikahan ini, beliau tidak dikaruniai anak.

Meskipun telah pulang ke tanah air, Abuya Armin tertap melakukan lawatan atau kunjungan ke negara-negara islam. Seperti, kunjungan yang beliau lakukan ke negara Saudi Arabia untuk kepentingan ibadah haji yang kurang lebih sudah beliau lakukan sebanyak 16 kali. Selain itu, negara-negara lain yang pernah dikunjunginya antara lain Mesir, Palestina, Turki, Syiria, Yordania, Bahrain, Qatar, Oman, dan Kuwait. 

Semasa hidupnya, bukan hanya masyarakat sekitar yang selalu megunjunginya untuk meminta nasehat ataupun petuah, namun para pejuang dan tokoh penting dalam kemerdekaan Indonesia seperti Ir. Soekarno dan Drs. H. Mohammad Hatta sering kali menyempatkan datang dan berkunjung untuk melakukan silahturahmi kepada Abuya Armin, sekaligus meminta nasehatnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan agama dan perjuangan bangsa dalam mengusir penjajah Jepang dan Belanda. Pernah pada suatu hari di tahun 1954, Ir. Soekarno berniat untuk mengunjungi Abuya Armin pada malam hari. Namun, mobil yang ditungganginya terjerembab dalam kubangan lumpur dan tidak bisa berjalan. Beberapa orang yang menghampiri dan mencoba membantu untuk mendorong mobil tersebut tidak ada satupun yang berhasil. Kemudian Abuya Armin datang dengan akalnya yang cerdas, beliau lalu memasukkan sebuah lidi kecil yang panjang ke tengah ban yang terposok lumpur. Cara yang dilakukannya berhasil membuat mobil yang ditunggangi oleh Ir. Soekarno dengan lancar berjalan keluar dari lumpur.

Pada 30 November 1988, KH. Muhamad Hasan Armin meninggal dunia pada saat selesai melaksanakan sholat subuh. Hal yang kembuat tersentuh, jasadnya dimakamkan di belakang masjid yang dibangun sendiri oleh beliau, dengan dananya sendiri, dan ia sendiri sebagai arsiteknya. Sampai sekarang, masih banyak sekali perziarah yang sengaja datang ke Cibuntu dan mengunjungi makamnya dengan tujuan tabarukkan watawassulan.

(Foto Makam KH. Muhamad Hasan Armin di Cibuntu, Pandeglang, Banten.)

Beliau akan selamanya menjadi kyai penting yang memiliki pengaruh besar bagi masyarakat, khususnya masyarakat daerah Pandeglang dan Banten, yang juga akan selalu dikenang sebagai tokoh yang memiliki ilmu pengetahuan luas dan kaya akan pengalaman hidup. Sikap dan akhlak luhur yang dimilikinya juga mampu menjadi teladan masyarakat.

-----

Sumber:
- Laduni.id
- Buku pancaran cahaya hikmah Abuya Hasan Armin (karya Mufti Ali, Ph.D, Dr. KH. Soleh Rosyad, dan Drs. KH. M. Ishak Djajaatmadja)
- Bertanya pada orang tua

Nama: Keana Kamilya Husein
Kelas: X-4

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia

Menjauhi Pergaulan Bebas dan Perbuatan Zina untuk Melindungi Harkat dan Martabat Manusia

Membiasakan Perilaku Berani Membela Kebenaran